Kamis, 30 April 2009

Resensor Eh Resensi untuk Gokil Dad

Wah, belum kering air mata karena terbahak-bahak membaca Gokil Mom, sekarang sudah menderas lagi setelah membaca Gokil Dad. Seperti orang gila, saya terkikik sampai terbahak-bahak saat membaca kekonyolan dalam diare eh diary Bapak Iwok. Baiklah, saya memang membacanya secara bertahap. Hehehe.
Saya memang cewek dan masih bujangan (aih, tidak nyambung!), tetapi pernah hidup bersama eh serumah eh dekat dengan sodara yang memiliki bayi. Duh, duh … pagi-pagi bau bayi sudah mengharumkan seluruh ruangan. Kadang bau itu bercampur omelan yang menyenangkan dari si ibu. Bagaimana dengan si bapak muda? Yah, memang sebelumnya senang, gembira, dan bahagia dengan kedatangan si bayi mungil. Namun, sekarang mulai deh bermacam kerepotan dan kerewelan menghadang di jalan si bapak. Eh, tunggu! Bukan hanya dari si bayi loh, si ibu juga tidak kalah rewelnya. Nah, Bapak Iwok ini menghadapi segenap kerewelan dengan gagah berani! Salut!!!
Buku ini bukan hanya kisah Bapak Iwok berlaku konyol saat sang putri masih bayi, tetapi juga saat bayi itu mulai bicara alias menginjak balita. Ah ah, interaksi bapak-anak putri mengalir selancar sungai yang menuju laut, tentu dengan segenap kekonyolan yang disadari maupun tidak disadari Bapak Iwok maupun keluarganya. Masalah yang bagi orang dewasa dianggap remeh dan tidak perlu dipertanyakan pun bisa menjadi bahan pertanyaan tak kunjung henti seorang Abith. Tunggu, tunggu … siapa Abith? Oiya, lupa tadi belum perkenalan. Abith adalah sulung Bapak Iwok yang sudah bikin keki sejak lahir. Mulai dari salah telinga saat mengazani, buang popok jijai, pertanyaan perlalulintasan, sampai kakek-nenek gajah! Waduh, waduh … daripada semakin bingung dan penasaran, langsung saja baca kisahnya. Ditanggung perut kejang dan mata pedih karena tertawa berurai air mata! Benar-benar seorang Gokil Dad!


Judul: GOKIL DAD
Penulis: Iwok Abqary
Penerbit: Gradien Mediatama
ISBN:978-602-8260-19-0
Jenis buku: Nonfiksi Komedi

Selasa, 07 April 2009

ENOUGH

Enough …
I’ve said enough
Though I haven’t done enough
Just feel enough

Did I do something wrong?
Or everything is wrong?
Perhaps I use the wrong sight
Or just see it in a wrong way

They said I haven’t forced myself
Too lazy to use my brain
Have I?
Maybe I have

Take me as guilty as I am
Give all the faults it takes
Put the whole burden on my shoulder
Worry not my head will explode

I’ll be alright
I know that for sure
But I just wanna go
No, I need to go

Call me stubborn
Name me pathetic
I must hear it one day
And get through it someday

Hmm, maybe it’s too much
Or it’s perhaps the time
Dealing with choices
Choosing the light

02:00
080409

curhat pagi buta

Aku tak tahu apa yang kurasakan. Penuh, sesak, terburu-buru. Oh, jangan lupakan perasaan tidak nyaman. Baiklah, ada juga rasa malas.
Apakah aku benar-malas menggunakan otak seperti yang mereka bilang? Yang lebih parah, apakah aku memang akan diam saja jika diminta melakukan hal yang tidak kusukai? Salah! Hal yang sudah kupilih tidak akan kujalani. Ah, benarkah tidak ada pilihan atau aku memang tak diberi pilihan lain? Apakah aku memang tak bisa memilih jalan itu tanpa mengambil pilihan yang mereka beri? Inikah saatnya aku memilih kembali? Untuk tetap tinggal dan menjalani semuanya, atau pergi dan memulai semua dari awal?
Mengapa ada ketakutan jauh di dalam sana? Aku takkan mampu bertahan sebelum mulai lagi. Aku hanya akan bertahan jika tetap tinggal. Tinggal dan menjalani jembatan yang mereka bangun, sambil berharap sesak ini akan berkurang lalu menghilang.
Ya ya, aku sedang bimbang dan bahkan waktu tak mau menemaniku. Aku harus tetap berjalan, tanpa bisa berhenti sejenak. Karena jeda … berarti aku memilih untuk berbalik ke arah yang berbeda. Arah baru yang belum pernah kujalani. Arah yang belum memiliki jembatan untuk menyeberanginya.
Sanggupkah aku mulai mengambil jeda, sejenak bernapas lalu melihat sekitar? Akankah aku mampu menemukan kayu-kayu tangguh untuk kujalin menjadi jembatan? Dapatkah aku menyemangati diri sendiri yang selama ini terlena dalam topangan orang lain?
Aku hanya harus mengatakan, aku bisa dan mau melakukannya! Bukankah ini memang cita-citaku sejak lama? Bukankah ini memang arah menuju tempat yang memang kuinginkan dan kuyakini memang tempatku? Mengapa pula aku masih di sini? Termangu dan terpaku silau cahaya tempat lain? Seharusnya aku segera memulainya, dari awal.
Aku sudah memutuskannya sekarang. Pertanyaannya adalah apakah aku akan berani untuk segera melakukannya.

Lamunan di tengah riak binatang malam
02:45
080409

DREAMING THE DREAM

Wishing you where here, my friend
Hoping you have the same dream
Not about victory or fame
Just a bunch of land

There we can rest our wings
Where our ways are not a secret
We will run without regret
Taking change to free all feelings

Never stop to think the future
Not far enough from our sight
And more than words we can mutter
Believing we can catch under the light

But you’re not here, my friend
Only the presence of your odour
Remembering the time we became friend
That’s to me is an honour

For you, May
02:50
050409
Sayapku tidak patah, hanya lelah.
Tak ingin lelap dalam resah.
Tertatih sambil merintih, tanpa suara dalam kata.
Sayapku sedang lelah, tiada sanggup mengepak.
Ingin kubasuh buih pelangi, tapi musim tiada berganti.
(Selamat malam, para bidadari. Biarkan kau dipeluk mimpi.)

21 Maret 2009 tengah malam

Restless

210309
Restless …
Can’t think, don’t know what I feel
Can’t take a breath without burden
Where should go then?

Too restless
Just need a rest
Wanna lay down for awhile
Somewhere …

Why am I restless?
Too much voices in my head
Can’t make them go
Just wanna disappear

Restless …
My soul can’t feel peace
My heart just feel empty
My mind is going blind

Restlessness …

220309
06.00