Rabu, 12 Agustus 2009

malam tadi

Terpaksa kumatikan komputer meski mashi ingin OL atau membaca kumpulan kisah tulisan seorang sahabat. Mengantuk? Tidak, mataku masih cukup lebar. Batere Hpku drop sehingga harus segera diisi ulang karena aku sedang asik mendengarkan radio. Ada pemutaran lagu-lagu manca. Usulan temanku juga nih. Hufh, mengapa charger harus jauh dari komputer, sih! ;(
Ya sudah, akhirnya kupindahkan tempat bersandar di sebuah tikar yang berdekatan dengan charger dan stabilisator. ;p
Dengan loudspeaker aku mendengar lagu bernuansa pop itu. ah, bukan lagu lama, tetapi membuat ingatan melayang cukup lama. Aduh aduh, jadi melow. :D
Kulirik HP yang tak jua menampilkan tanda sms masuk. Ah, mungkin nun jauh di sana yang tersayang sedang sibuk bercengkerama dengan saudara dan kerabat. Dia mungkin terlalu sibuk bercerita hingga tak sempat sms sekadar untuk mengucapkan selamat malam. Hahaha, mengapa aku merasa terlalu menuntut begini?
“Mengapa tidak kau saja yang mengirim sms kepadanya? Bisik hatiku. Tidak, jawabku. Aku mo hemat pulsa, males ngetik sms … dan banyak alibi di otakku. Dasar!!! ;p
Aku malah teringat kejadian beberapa hari lalu sebelum dia berangkat berlibur. Seorang sahabat yang sedang berkunjung tertawa keras. Sahabatku itu mengatakan betapa manjanya dia sampai-sampai aku harus mengantarnya ke stasiun. Entah mengapa, dadaku terasa sesak. Spontan aku menyahut jika aku yang ingin mengantarnya. Ya, sore itu aku tergesa bersiap untuk ke rumahnya. Padahal aku sadar sahabatku masih ingin tinggal. Ah, aku tak bisa menjelaskan betapa ingin aku berada di 2 tempat dalam waktu yang sama.
Ingin sekali aku menjelaskan panjang lebar alasanku kepada sahabatku itu, tetapi aku benar-benar sedang tidak punya energi. Sahabatku itu juga bilang tak mengerti hal-hal seperti itu. Aduh, aku tak tahu harus bilang apa. Dalam sms sesudahnya, sahabatku bilang mungkin itu karena hubunganku yang sudah cukup lama dan dia tak cukup beruntung memiliki hubungan seperti itu. (Kira-kira seperti itu smsnya, jika tidak salah ingat.) Aku hanya menjawab ini pertama kali kami terpisah jauh dan cukup lama. Entah sahabatku itu mengerti atau tidak.
Bila ingat sahabatku yang menertawakan kami, kadang aku masih sedih. Ah, untuk apa coba? Aku hanya akan rugi sendiri, bukan? Aku sendiri tidak mengerti. Sore itu aku hanya ingin mengantarnya pergi. Berpamitan. Banyak kekhawatiran di otakku. Aduh, ini sudah pasti karena bermacam berita di tivi dan koran. Bermacam kecelakaan pesawatlah, kapallah, kereta apilah …. Duh, trauma deh jadinya. Aku tahu tak boleh terlalu khawatir begini karena akibatnya malah tidak baik. Mau bagaimana lagi? Aku memang mudah khawatir. Jadinya ya beginilah.
Aku hanya ingin bertemu sebelum dia berangkat, apalagi beberapa hari terakhir aku malah jengkel kepadanya. Hahaha, dasar aku! Apa perempuan lain juga seperti ini ya? (Pastinya sahabatku itu akan bilang tidak dengan keras. Hahaha.) Aku hanya tak ingin kehilangan satu momen. Berpamitan.
Lucu juga jika ingat sehari sebelumnya (saat masih jengkel) aku mati-matian bilang tak ingin mengantarnya sampai stasiun. Pasti akan terasa berat. I just knew. Namun, di saat terakhir aku ingin sekali ikut. Mungkin aku hanya ingin meyakinkan diri sendiri akan baik-baik saja.
Yap. Momen berpamitan yang berat. Ayolah, pastinya tidak seperti drama melodramatis di tivi. ;p lalu dia pun pergi. Aku menatap laju kereta api dan meyakinkan diri ada tugas yang harus kuselesaikan hingga tak bisa berlibur bersamanya. Just a hint. Owh, aku baru saja mengirimkan sms singkat untuknya. Selamat malam. :)

120809-130809

Tidak ada komentar: